Bangunan kuil ini didedikasikan untuk trimurti atau tiga dewa agama Hindu utama, yaitu Brahma (Pencipta), Wisnu (Pelindung) dan Siwa (Penghancuran). Di kompleks kuil ini, ada patung Shiva Mahadewa setinggi tiga meter yang menunjukkan bahwa Dewa Shiva adalah pilihan pertama. Dengan kuil Borobudur, bekas kuil Kerajaan Mataram ini juga dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991.
Kuil Prambanan dibangun pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan yang memerintah bekas Mataram 840-856 setelah JC sementara kuil-kuil kecil lainnya dari kompleks Kuil Prambanan dibangun selama raja-raja berikut, bahkan sampai selama periode peraturan WATUUKARA Dyah Balitung (898 -915 m). Karena terletak hanya 19 kilometer dari Borobudur, beberapa sejarawan menafsirkan konteks pendirian Kuil Prambanan sebagai respons artistik, politik dan agama terhadap pengembangan Borobudur.
Menurut prasasti Shivagrha, selama pembangunan kuil Prambanan, penduduk mengubah aliran sungai. Sungai, yang sekarang dikenal sebagai Sungai Opak, mengalir dari utara ke selatan di sisi barat kompleks Kuil Prambanan. Dan pada awalnya, aliran sungai berbalik ke timur, terlalu dekat dengan bangunan kuil. Untuk melindungi kuil kuil yang meluap bahan Gunung Merapi, aliran sungai dimodifikasi. Sungai tua itu kemudian ditumpuk dan diratakan untuk menciptakan ruang yang lebih luas untuk bangunan kuil Prambanan. Sebelumnya, jumlah kuil Prambanan telah mencapai 240 bangunan kuil, termasuk 3 kuil trimurti, 3 kuil Wahana, 2 Kuil Apit, 4 Kuil Kelir, 4 Kuil Patok dan 224 Kuil Perwara. Namun, hanya ada 18 kuil yang tersisa, dan sebagian besar kuil Pewara kecil belum dipulihkan, hanya tumpukan batu yang tersebar. Seperti karakteristik kuil Hindu secara umum, arsitektur kuil Prambanan tinggi dan tipis.
